WNA Sebar Hoaks dan Tandai Ibu Niluh Jelantik DPD RI BALI di Instagram — Polisi Tiga Kali Datangi Lokasi, Faktanya Santai dan Main HP
0 menit baca

Sanur – Denpasar, Bali | 6 Desember 2025 — Seorang Warga Negara Asing (WNA) menimbulkan kegaduhan publik setelah menyebarkan berita bohong (hoaks) melalui akun Instagram miliknya. Dalam unggahan tersebut, ia mengklaim dirinya disekap di Villa Danau Poso 79 B, Sanur, Denpasar, Bali, sekaligus menandai Anggota DPD RI, Ibu Niluh Jelantik, dalam narasi yang tidak berdasar.
Laporan itu memicu respons aparat. Pihak Kepolisian tiga kali turun ke lokasi setelah menerima panggilan melalui layanan darurat 110, namun tidak menemukan bukti adanya penyekapan atau situasi berbahaya sebagaimana yang diklaim.
Fakta di lapangan justru menunjukkan kondisi yang berbeda. Saat aparat tiba, WNA tersebut:
Tidak berteriak, Tidak menunjukkan ancaman atau ketakutan, Tidak meminta pertolongan, Bahkan santai sambil bermain HP dan diam tanpa berbicara,s ehingga semakin memperkuat bahwa laporan tersebut adalah rekayasa dan kebohongan.
Pembantahan tegas juga disampaikan oleh Bang Obri, advokat andalan Pesisir sekaligus pengacara dari pemilik villa. Ia menegaskan bahwa:
Tidak ada tindakan penyekapan dalam bentuk apa pun,
WNA tersebut bebas bergerak dan berada dalam kondisi aman,
Bahkan sebelum laporan palsu dibuat, WNA mengikuti rapat mediasi dengan santai tanpa tekanan.
Bang Obri menilai tindakan WNA itu sebagai fitnah yang merugikan banyak pihak, termasuk aparat yang harus datang tiga kali akibat laporan tidak benar. Pengaitan nama Ibu Niluh Jelantik dalam unggahan Instagram dinilai sangat tidak pantas, karena berpotensi mencemarkan nama baik dan memicu keresahan apabila berita bohong ini tersebar luas, seolah-olah DPD RI Bali terlibat dalam urusan hoaks seperti ini.
Pihak Kepolisian mengingatkan bahwa laporan palsu dan penyebaran hoaks melalui media sosial dapat dikenai sanksi pidana, apalagi jika melibatkan layanan darurat seperti 110, yang seharusnya digunakan hanya untuk situasi nyata dan mendesak. Permainan seperti ini dapat menghambat penanganan kasus darurat yang sebenarnya.
Dengan seluruh fakta yang telah diverifikasi, jelas bahwa klaim penyekapan adalah tidak benar, dan yang terjadi hanyalah penyebaran hoaks yang menimbulkan keresahan publik serta membebani aparat keamanan.wartawita