BREAK NEWS

Etika Jurnalis Mengoyak Hati


Medan, Cakrawala Asia. Id
Dalam dunia yang bising oleh suara klaim kebenaran, jurnalis hadir bukan untuk saling mengalahkan, tapi untuk saling mengingatkan. Namun akhir-akhir ini, suara yang terdengar justru datang dari perpecahan antar insan pers. Perang kata, adu gengsi, bahkan benturan fisik bukan lagi berita, tapi menjadi bagian dari berita itu sendiri.

Etika jurnalis seolah hanya teks di dinding redaksi. Ia mengoyak hati, saat dilanggar oleh mereka yang seharusnya menjaganya.

Kita lupa, bahwa profesi ini bukan hanya tentang siapa paling cepat, siapa paling viral, atau siapa paling banyak tanda pengenal. Tapi siapa yang paling jujur, paling adil, dan paling menjaga martabat kebenaran.

Mengapa kita saling curiga, saat kita sama-sama mengejar fakta? Mengapa kita saling membenci, padahal kita mengemban profesi yang sama suci?

Wartawan sejati bukan hanya menulis tentang konflik, tapi menjadi pelita di tengah konflik itu. Bukan mencaci rekan sejawat karena beda bendera media, tapi mengulurkan tangan ketika yang lain tergelincir dalam badai tekanan.

Etika jurnalis bukan pagar yang membatasi, melainkan jembatan yang menyatukan.
Ia bukan aturan kaku, tapi cahaya dalam ruang gelap. Ia bukan beban profesi, tapi nyawa dari profesi itu sendiri.

Mari kita hentikan kata-kata yang membakar jembatan. Mari kita hentikan bisik-bisik yang meruntuhkan kepercayaan. Mari kita kembalikan semangat solidaritas jurnalis sebagai nilai luhur yang tak lekang waktu.

Karena satu berita bisa mengubah dunia.
Tapi satu sikap jurnalis bisa menyelamatkan nurani banyak jiwa.

 ✍️ Dari ruang redaksi yang sepi, kami menulis bukan untuk menyindir, tapi mengingatkan. Karena jurnalis sejati tak pernah berhenti belajar menjadi lebih baik termasuk dalam memperlakukan sesama jurnalis.

Sumber :Lilik Jurnalis
Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar